Sejarah dan Asal Usul Kitab Kamasutra



 Tahukah anda bagaimana *sejarah dan asal-usul terciptanya Kitab Kamasutra *dan mengapa kamasutra dikenal sebagai kitab yang mengajarkan gaya bercinta paling hot  Bercinta atau hubungan seks adalah aktifitas religius bagi sebagian orang, melalui seks akan lahir manusia-manusia baru yang akan hidup di dunia. Mengetahui bagaimana bercinta yang benar akan melahirkan manusia berakhlak baik.




Kira-kira demikian tujuan dibuatnya Kitab Kamasutra. Kamasutra adalah kitab yang berisi panduan dalam bercinta. Di dalamnya tertulis banyak nasehat dan pelajaran tentang bagaimana membina hubungan dengan pasangan. Pembahasan tidak melulu seks saja tapi juga berupa tuntunan bagaimana menjalani hidup dengan benar bersama pasangan.

Bahkan pembahasan tentang seks hanya mengambil porsi satu bagian dari total 7 bagian dari kitab kamasutra. Kitab ini terdiri atas 1.250 ayat, 36 bab dan 7 bagian. Konon kabarnya, isi dari kamasutra ini diperoleh dari Nandi, banteng suci yang menjadi penjaga pintu rumah Dewa Siwa. Kabarnya Nandi sering mendengar Dewa Siwa dan Dewi parwati bercinta dan berinisiatif menuliskannya.

 Kitab kamasutra india kuno kini telah berusia lebih dari 1.800 tahun. Kitab ini di tulis pertama kali oleh seorang rohaniawan bernama Vatsyayana sebagai hasil meditasi Vatsyayana. Kemudian, kamasutra di tulis ulang oleh Aditya Narayan Dhairyasheel Haksar yang membawa legenda hubungan sepasang manusia. Kitab ini akhirnya dikenal berisi petunjuk berbagai macam posisi seks kamasutra .

Posisi-posisi yang diajarkan dalam kamasutra terdiri atas beberapa posisi dasar dan variasinya. Beberapa ahli berpendapat bahwa posisi tersebut sulit dipraktekkan oleh orang biasa. Memang beberapa posisi sangat menyerupai gaya Yoga yang terbilang sulit dilakukan. K

amasutra pernah di tolak diterbitkan selama lebih dari seratus tahun. Ini karena topik dan pembahasan di dalamnya dianggap terlalu vulgar. Kemudian pada tahun 1962, Kitab Kamasutra diterjemahkan kembali ke dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh Sir Richard Burton. Dan akhirnya, Kama Sutra pun menjadi kitab paling terkenal di seluruh dunia dan berisi topik hubungan khusus antara pria dan wanita.

Kata Kama Sutra berasal dari bahasa Sansekerta (kāma, berarti keinginan, cinta, hasrat, birahi, nafsu) dan (sūtra, yang berarti rangkaian atau benang), sehingga kamasutra dapat diartikan sebagai rangkaian adegan hasrat seksual dalam becinta. Sebagian orang mendifinisikan Kama Sutra sebagai benang ikatan dalam percintaan. Kitab Kama Sutra saat ini banyak dipakai sebagai literatur dan acuan dalam hal percintaan. Kitab kama sutra terdiri atas 36 bab yang kemudian terbagi lagi menjadi 7 bagian-bagian. Saat ini, kitab kamasutra telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia temasuk Indonesia dan Inggris. 


sejarah kamasutra
Buku Kama Sutra karangan Vatsyayana diterjemahkan oleh Sir Richard Burton (1821-1890). Selain membahas tentang seks, buku ini memang menyimpan banyak kejutan. Ada beberapa bagian bab yang menjelaskan kewajiban seorang istri,  tentang gaya hidup pria terhormat, wanita yang layak dan tak layak dijadikan istri, 64 ilmu yang harus dikuasai wanita, 64 cara bercinta, seni merayu, wanita penghibur, obat-obatan untuk meningkatkan gairah, dan sebagainya.

Sedemikian banyakkah? Tidak juga, kalau kita melihat sejarahnya. Konon, ketika pada awalnya Brahma menciptakan pria dan wanita, ia mengeluarkan peraturan sebanyak 100 bab tentang Dharma (agama),  Artha (harta), dan Kama (cinta). Beberapa peraturan yang berkaitan dengan Dharma ditulis oleh Swayambhu Manu; yang berkaitan dengan Artha dikompilasikan oleh Brihaspati; yang berkaitan dengan Kama diuraikan oleh Nandi dalam seribu bab. Kama Sutra yang ditulis oleh Nandi ini ditulis kembali oleh Shvetaketu dalam 500  bab, lalu oleh Babhravya diringkas lagi menjadi 150 bab yang dihimpun
dalam 7 bagian. 

Karya ini, yang kemudian ditulis lagi setiap bagiannya oleh penulis-penulis berbeda, jadi sulit diperoleh secara lengkap. Maka Vatsyayana, yang hidup sekitar abad ke-4 Sebelum Masehi, berinisiatif menulis ulang semuanya dalam bentuk ringkas. Dan, karya Vatsyayana inilah yang diterjemahkan oleh Sir Richard Burton, diterbitkan pertama kali tahun 1883, lalu diterbitkan lagi dan populer pada tahun '60-an.


Kamasutra India Kuno India
sejak jaman kuno sampai sekarang menyimpan banyak misteri. Salah satu peninggalan India kuno yang masih bertahan adalah ilmu percintaan Kamasutra. Ilmu Kamasutra berisi informasi bagaimana menjadi pencinta yang handal dan menjadikan rumah tangga tetap harmonis.

*Kamasutra India kuno* adalah peninggalan yang telah berumur ribuan tahun dan tetap bertahan sampai sekarang. Ada banyak bagian dari kitab kamasutra salah satunya berisi gaya bercinta beserta posisi seks yang bisa dipelajari dan dipraktekkan bersama pasangan.

 Ada banyak versi kamasutra, versi kamasutra asli disebut juga kamasutra India kuno yang ditulis oleh Vatsyayana dari India Utara pada abad ke-3 setelah melakukan meditasi dan mendapatkan pencerahan.
Versi Kamasutra India kuno sempat hilang tapi kemudian ditemukan kembali dan ditulis ulang oleh Aditya Narayan Dhairyasheel Haksar yang juga berasal dari India. Kitab yang asli terdiri atas 7 bagian, 36 bab dan 1250 ayat.

Pembahasan mengenai posisi seks adalah salah satu bagian yang dibahas tersendiri dalam kitab kamasutra asli. Untuk melihat versi lengkap kitab Kamasutra dalam Bahasa Inggris klik disini . Berikut ini 7 bagian dari Kitab kamasutra kuno sebagaimana di jelaskan oleh Burton dan Doniger, keduanya peneliti dari Universitas Oxford yang berhasil menerjemahkan kitab ini ke dalam bahasa Inggris.

 *1. Bagian umum* Bagian ini berisi informasi isi buku, tiga tujuan dan prioritas dalam hidup, bagaimana memperoleh pengetahuan sejati, Perilaku baik, refleksi diri. Bagian umum ini terdiri atas 5 bab.

*2. Asmara* Bagian ini membahas perihal keinginan, rangsangan, cara merangkul, membelai dan mencium. Ada juga pembahasan tentang menggigit, menampar dan merintih seksual, seks oral, perilaku pria terhadap wanita, teknik bercinta, dan 64 jenis aktifitas seks. Bagian Asmara dalam kitab Kamasutra kuno ini terdiri atas 10 bab.

 *3. Bagaimana Mendapatkan istri* Bagian ini khusus membahas perihal perkawinan, bagaimana memikat wanita, bagaimana bersikap jika hidup sendiri dan bagaimana mengelola pernikahan yang harmonis. Bagian ini terdiri atas 2 bab.

*4. Tugas dan hak-hak istri* Bagian ini berisi informasi hak yang dimiliki istri dalam rumah tangga. Terdiri atas 2 bab dan mengajarkan apa-apa saja yang sebaiknya dilakukan agar menjadi istri yang baik.
*5. Istri yang lain* Bagian ini membahas perilaku pria dan wanita, bagaimana berkenalan, pembagian tugas dalam rumah tangga, dan perilaku wanita dalam rumah. Bagian ini terdiri atas 6 bab.

*6. Tentang pelacur* Pada bagian 6 dalam kitab Kamasutra India kuno ini berisi nasehat dalam memilih pasangan, bagaimana mencari kekasih yang baik, cara menghasilkan uang, bagaimana memperbaharui persahabatn dengan mantan kekasih, bagian ini juga berbicara tentang keuntungan dan kerugian dalam bercinta. Bagian ini terdiri atas 6 bab.

7. Praktek okultisme* Bagian ini membahas bagaimana meningkatkan daya tarik fisik, bagaimana membangkitkan daya seksual yang melemah. Bagian okultisme terdiri atas 2 bab.

 Kitab kamasutra bisa dikatakan sebagai salah satu kitab yang bertujuan untuk medekatkan manusia dengan penciptanya. Sejatinya kamasutra adalah sebuah kitab spiritual, sebuah filosofi India kuno menyebutkan tentang Purusharta yaitu empat tujuan utama dalam kehidupan yaitu berbuat kebajikan, kesejahteraan, kesenangan dan kebebasan. Sikap orang-orang India terhadap seks dapat dijelaskan melalui sudut pandang sejarah.

India memainkan peran penting dalam sejarah seks, bahkan melalui kitab kamasutra ini India kuno akhirnya menjadi terkenal sebagai tempat lahirnya literatur pertama yang memperlakukan seks sebagai ilmu. Boleh dikata, India adalah bangsa yang mempelopori pendidikan seksual melalui seni dan sastra.

Kebudayaan India bisa dianggap sebagai salah satu peradaban kuno, bersama dengan peradaban lembah Indus kuno dan peradaban Mesir kuno kontemporer dan Sumeria, yang tersebar di India modern dan Pakistan pada 4000 tahun yang lalu. Selama periode ini, tidak banyak yang diketahui tentang sikap sosial masyarakat terhadap seks. Pada masa itu, di peradaban lembah Indus, seks hanyalah sebuah praktek dan ritual kesuburan belaka.

Sejak ditulis, kemudian hilang dan ditulis ulang lalu diterjemahkan ke berbagai bahasa Kamasutra tetap dikenal sebagai kitab percintan yang mengajarkan banyak pengetahuian seksual dan bagaimana menjalin hubungan atau relasi yang beretika antara pria dan wanita. Oleh karena pengaruhnya yang sangat besar, Kamasutra India kuno banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa. Meskipun beberapa gaya yang diajarkan terbilang sulit tapi prinsip-prinsip dalam Kamasutra tetap menjadi pegangan bagi setiap pasangan di dunia termasuk di Indonesia.
Kamasutra Indonesia bisa dilihat dari beberapa peninggalan candi yang memuat banyak relief posisi seks seperti candi Sukuh di Jawa Tengah. Jika anda tertarik mempelajari posisi-posisi seks ala kamasutra dan berniat memperdalamnya,
Saat ini kitab kamasutra India kuno sudah menjadi salah satu warisan dunia dan bukan hanya milik orang India saja. Beberapa lembaga pendidikan saat ini sudah memasukkan kamasutra sebagai salah satu kurikulum yang wajib diajarkan sebagai salah satu tema pendidikan seks.


Sir Richard F. Burton, blak-blakan soal seks
Sir Richard Francis Burton (1821-1890)  dikenal sebagai pria ‘flamboyan’, memiliki berbagai bakat, suka mengembara, tangkas bermain pedang. Ia juga menguasai ilmu antropologi dan linguistik. Ia pernah menempuh studi di Oxford University, tapi drop out. Pada tahun 1824 dia masuk tentara India. Setelah meninggalkan India tahun 1949, ia bepergian ke berbagai penjuru dunia termasuk Mekah, dengan cara menyamar. Ia juga pernah menyambangi Afrika, Crimea, dan Salt Lake City, di mana dia mempelajari kebiasaan para penganut Mormon.  Sebagai anggota konsulat ia pernah ditempatkan di Brasil, Damascus, dan Trieste, tempat ia akhirnya meninggal.

Koleksi tulisannya sangat banyak,  antara lain 40 jilid kisah perjalanan, beberapa cerita rakyat, dan dua kumpulan puisi, karya terjemahan dari bahasa Latin dan Portugis. Sir Richard menguasai 25 bahasa, dan menjadi sangat terkenal berkat versi buku-buku erotisnya  seperti The Arabian Nights (1885), The Kama Sutra (1883) dan The Perfumed Garden (1886, dari bahasa Prancis). Gaya penulisannya yang gamblang dan apa adanya, ditambah minatnya yang besar pada perilaku  dan penyimpangan seksual, membuat terjemahannya mudah dibaca. Tapi itu pula yang  membuatnya berisiko ditahan beberapa kali, khususnya ketika ia menerjemahkan The Perfumed Garden dari naskah aslinya yang berbahasa Arab. 

Sebagai salah satu karya tulis erotis yang paling terkenal dan disukai, Kama Sutra terjemahan Sir Richard menghidupkan kembali karya klasik dari kesusastraan India yang abadi.

Wanita Ideal Kama Sutra

Wanita baik-baik yang mencintai suaminya harus bertindak sesuai dengan keinginannya, seakan-akan sang suami adalah dewa, dan dengan persetujuan suami pula ia merawat diri sendiri dan keluarga suami. Ia harus membersihkan seluruh rumah, meletakkan rangkaian bunga di segala pelosok, dan membuat lantai  bersih dan licin agar segalanya
kelihatan rapi dan indah.

Bilamana suaminya melakukan kesalahan, sekalipun merasa kesal istri tidak boleh memarahinya. Ia tidak boleh menggunakan bahasa kasar tapi mengajak suami bicara dengan kata-kata halus, tak peduli sang suami sedang bersama teman-temannya atau sendirian. Istri juga tidak boleh pengomel, sebab suami paling tidak suka wanita seperti ini. Istri tidak boleh menampilkan ekspresi jengkel dan wajah cemberut, menggerutu, atau berdiri di ambang pintu menatap orang yang lalu-lalang.

Jangan sewot dulu bila Anda membaca 'aturan' tadi. Peraturan ini bukan resep pernikahan  bagi Anda, istri masa kini, melainkan petikan dari salah satu bab buku Kama Sutra, tentang kriteria seorang Istri yang ideal.

Wanita Kama Sutra
Yang unik dalam Kama Sutra adalah, selain mengagungkan seni bercinta, ciri-ciri pria terhormat, kesucian wanita, dan kewajiban istri terhadap suami, buku ini juga membahas tentang  wanita penghibur  dengan sikap dan perlakuan yang sama sekali tidak merendahkan. Seakan-akan pelacur adalah  profesi baik-baik dalam masyarakat zaman itu. Bahkan disediakan pula panduannya, sebagai berikut:

Ia harus cantik dan ramah, dan memiliki ciri-ciri tubuh yang menguntungkan. Selain menyukai harta, ia harus pula  menyukai kualitas baik dalam diri orang lain. Ia harus menyenangi hubungan seksual yang muncul dari rasa cinta, berpikiran mantap, dan dalam urusan kenikmatan seksual berada di kelas yang sama dengan si pria. Ia harus selalu berkeinginan menambah pengalaman dan pengetahuan, tidak tamak, suka terlibat dalam acara sosial, dan suka kesenian.

Bandingkan dengan ciri-ciri wanita baik-baik pada umumnya:

Ia cerdas, memiliki watak  dan sopan santun yang baik;  sikapnya  lurus, tahu berterima kasih; dapat menimbang baik-baik sebelum melakukan sesuatu; memiliki kegiatan, perilakunya konstan, tahu waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan sesuatu; bicara tanpa rasa dengki, tidak suka tertawa keras-keras, tidak memfitnah, tidak tamak, tidak membosankan atau menampilkan kebodohan, memiliki pengetahuan tentang Kama Sutra, dan terampil dalam segala seni yang terkait dengannya.

Nah, sudahkah atau inginkah Anda memenuhi semua ciri  wanita baik-baik tersebut?  Atau sebaliknya, Anda justru bersyukur tidak hidup dalam masyarakat di zaman Kama Sutra? Rasanya kita semua tahu jawabannya, bukan?

Seni Bercinta ala Kama Sutra
Kama Sutra adalah naskah kuno yang membahas perilaku seksual manusia dan dianggap karya standar tentang cinta. Pendapat lain menganggap Kama Sutra sebagai karya besar tentang falsafah dan seksologi, sekalipun di dalamnya dibahas cukup banyak tentang peri kehidupan sosial India pada zamannya.  Saat itu ada tradisi turun-menurun yang dikenal sebagai Kama Shastra alias ilmu tentang Kama.

Buku Kama Sutra karangan Vatsyayana diterjemahkan oleh Sir Richard Burton (1821-1890). Oleh penulis, kama didefinisikan sebagai seni menikmati hal-hal yang pantas dinikmati dengan  kelima indera: pendengaran, perabaan, penglihatan,  pencicipan, dan penciuman. Seorang wanita yang layak dinikahi sebaiknya menguasai berbagai keterampilan, dari menyanyi, memainkan alat musik, menari, menulis, atau melukis, membuat tato, sampai mengajari burung beo bicara, seni arsitektur,  mengenali sifat pria dari bentuk wajahnya, dan banyak lagi. Seluruhnya tak kurang dari 64 keterampilan!

Selain itu ia harus pula mempelajari –baik secara otodidak maupun dengan berguru pada wanita lain– praktek-praktek bercinta yang sungguh kebetulan jumlahnya 64 pula!   Dalam naskah aslinya, bagian yang membahas tentang hubungan seksual ini disebut ‘Chatushshashti’ atau Enampuluh Empat.  Disebut demikian, karena delapan bab soal bercinta –berpelukan, berciuman, menggaruk, menggigit, berbaring, membuat berbagai suara,  memainkan peran pria, seks oral, terdiri dari delapan variasi pula. Perkalian 8 dengan 8 adalah 64.

Sebagai contoh, pelukan terdiri dari menyentuh, menusuk, meraba, menekan, gaya merangkul pohon, gaya memanjat pohon, mencampur wijen dengan nasi, memeluk gaya susu-dan-air. Masing-masing diuraikan secara detail. Cara ‘mencampur wijen dengan nasi’, atau memeluk gaya susu dan air, diungkapkan dengan sangat rinci.

Setiap bab berikutnya, seperti yang membahas soal berciuman, menggaruk, berbaring, diuraikan pula dengan sama jelasnya.  Ada sesuatu yang unik dalam bab menggaruk. Katanya, bila  seorang pria akan bepergian jauh dan membuat tanda di paha atau payudara pasangannya, bekas garukan itu disebut ‘bukti kenang-kenangan’. Seorang wanita, bahkan juga pria, yang menampilkan bekas garukan atau gigitan di tubuhnya, menjadi semakin menarik di mata lawan jenis. Lagipula bekas garukan, setelah bertahun-tahun pun menimbulkan nostalgia dan mempersegar kembali rasa cinta.
  
Dalam bab yang khusus membahas tentang posisi sanggama, diuraikan berbagai posisi seperti menggenggam, menekan, merangkul, dan masih banyak lagi yang lain. Beberapa di antaranya diakui penulis hanya bisa dikuasai dengan banyak berlatih. Gaya berbaring wanita pun tak luput dibahas. Yang umum bagi wanita jenis rusa adalah gaya ‘terbuka lebar’,  gaya ‘menguap’, dan gaya ‘istri India’. Plus, berbagai variasi lainnya.

Mungkin Anda penasaran, apa yang dimaksud dengan wanita jenis rusa. Sejak awal, Kama Sutra membagi pria menjadi tiga jenis: kelinci, sapi jantan, dan kuda, sesuai ukuran alat vitalnya. Sementara wanita dibagi dalam tiga jenis pula berdasarkan kedalaman liang vaginanya: rusa, kuda betina, dan gajah. Yang paling serasi adalah kelinci dengan rusa, sapi jantan dengan kuda betina, dan kuda dengan gajah. Persatuan selain itu, dianggap tidak setara atau sedang-sedang saja. Selain itu kesetaraan hubungan diukur pula oleh tingkat gairah kedua pihak: tinggi, sedang, atau rendah.